Keindahan Malangsari Banyuwangi

Bayuwangi, kalau saya mendengar nama kota itu, saya langsung teringat masa - masa yang tak akan pernah terlupakan. Karena disanalah saya menemukan sesuatu hal yang sangat unik dan sangat beraneka ragam keunikannya. Disini saya akan mempublikasikan betapa indahnya kabupaten bernama Banyuwangi yang mana sudah terkenal dengan budayanya. Bayuwangi memiliki bahasa khas yang beda dari pada yang lain, yaitu bahasa Osing. Bahasa yang unik dan lucu menurut saya, dari kosa kata dan intonasinya sangat lah unik. Menurut saya Bahasa Osing merupakan perpaduan dari Bahasa Jawa dengan Bahasa Bali. "Bahasa Osing adalah bahasa yang diperuntukan di daerah Banyuwangi, Jawa Timur. Secara linguistic bahasa ini termasuk dari cabang Formosa dalam rumpun bahasa Austronesia. Kata osing berasal dari kata sansekerta tusing sama seperti dalam bahasa Bali, bahasa tetangganya, yang berarti "tidak" (Wikipedia Indonesia : 2013)

Saya begitu kagum dengan keanekaragaman budaya yang begitu menakjubkan bahkan dari segi wisata yang sudah terkenal dimana - mana dari wisatawan lokal sampai wisatawan manca negara. Tidak salah lagi kalau Banyuwangi disebut surganya pulau jawa. Saya akan bercerita di blog ini mengenai wisata yang tak akan pernah terlupakan seumur hidup saya. Saya asli Lumajang, lahir dan besar di kabupaten kecil yaitu Lumajang, dan saya tidak memiliki saudara di kota Banyuwangi, jadi tidaklah heran kalau saya kagum dan takjub melihat kota asri nan indah di bagian timur pulau Jawa ini. Pertama kali saya berkunjung kerumah salah satu teman saya yang letaknya di kecamatan Kalibaru yang sering di sebut New River kata gaulnya. Kalibaru merupakan pintu gerbangya kota Banyuwangi setelah Gunung Gumitir. Dari perjalanan menuju Kalibaru, mata saya sudah di manjakan oleh pemandangan Gunung Gumitir yang menjadi jalan utama dari kota Jember menuju kota Banyuwangi. Di Gunung Gumitir ini terdapat berbagai panorama indah dari kabur, indahnya Cafe Gumitir, hingga pemandangan Stasiun Mrawan yang merupakan salah satu peninggalan sejarah pada masa penjajahan.

Sesampainya di pasar Kalibaru saya dan teman saya belok kanan dan menuju desa yang bernama Malangsari. Sebelum menuju ke Malangsari, saya sedikit terkejut dan kagum melihat banyaknya bule keluar masuk area pertokoan di pasar tersebut. Maklum di desa saya jarang sekali ada bule. Selang beberapa menit saya berangkat lagi menuju pintu masuk area perkebunan karet. Suasana sejuk dan mata tak pernah bisa diam untuk melihat dan menikmati suasana pegunungan yang sangat asri ini. Saya dan teman saya menaiki gunung yang hampir sama dengan Gunung Gumitir, namun bedanya jalan di gunung tersebut sedikit sulit dan tidak beraspal. Dan uniknya lagi, setelah saya perhatikan jarang sekali penduduk yang menggunakan motornya secara maksimal, maksudnya para penduduk  lebih memilih mematikan motornya dari ketinggian gunung hingga sampai di kaki gunung tersebut. Sungguh ekstrim dan butuh nyali untuk melakukan hal tersebut.

Pemandangan yang sangat indah mulai semakin nampak setelah mencapai setengah perjalanan, dengan di iringi nyanyian burung yang seakan - akan membawa kita ke hutan belantara. Hutan atau gunung ini sekilas masih belum terjamah oleh kaki - tangan manusia, mungkin karena gunung ini di lindungi oleh pemerintah kota Banyuwangi sehingga keanekaragaman ekosistem dan habitat sangatlah terjaga. Sesampainya saya di Malangsari, saya sangat kaget karena waktu itu masuk area perkampungan kecil sekaligus kebun kopi. yang mana kebun kopi ini merupakan peninggalan penjajahan di masa kerja rodi. Perkampungan kecil yang berlatarkan sayuran atau bisa dikatakan tanaman toga, dan uniknya lagi rumah - rumah di kampung tersebut berdesain atau berarsitektur sama, jadi rumah yang satu dengan rumah yang lainnya sama persis dan semua itu berarsitektur kuno. mungkin bisa dikatakan bangunan tua. Disana saya merasakan kesejukan disiang hari dan merasakan kedinginan di pagi dan sore hari. mungkin karena disana hampir menuju puncak gunung, jadi hawa angin yang sangat kencang di tambah lagi dengan banyaknya pepohonan sehingga kadar kandungan oksigen di siang hari bertambah atau bisa dikatakan kaya akan oksigen dan minimnya polusi udara yang terjadi di area perkotaan. Saya tidak berfikir dan tidak pernah mengira kalau masih ada kampung yang mempunyai arsitektur tua, yang belum diperbaharui sedikitpun, mulai dari lantai, atap, dinding bahkan kursi dan tempat tidurnya pun masih terbilang kuno, dan semuanya sama.

Sore hari sekitar jam 15:00 WIB saya menikmati sajian makanan asli pedesaan yaitu jagung rebus dan singkong rebus. Tanpa terasa malampun tiba, saya sedikit kaget karena jam 16:00 WIB listrik di kampung tersebut mati alias padam, tetapi setelah jam 17:00 WIB lampu mulai hidup, saya tidak menyangka bahwa jam 22:00 WIB nanti akan ada pemadaman, jadi penduduk hanya bisa menikmati listrik sekitar 5 jam saja untuk nonton TV dan lain sebagainya. ternyata di kampung itu masih menggunakan tenaga mesin untuk membangkitkan tenaga listrik, jadi listrik PLN belum masuk di kampung tersebut. Sungguh kampung yang sangat asri tanpa pencemaran kemodernan. Malam itu saya di ajak jalan - jalan menuju pabrik kopi yang terdapat di desa tersebut. Cukup berjalan kaki dan memakai obor sebagai penerang jalan, sungguh seperti masuk di dunia lain, seperti masuk ke jaman kerajaan, itu karena merdunya musik gamelan yang saya dengarkan di sepanjang perjalanan menuju pabrik tersebut. Suara gamelan itu terdengar dari kejauhan dan disana terdapat lampu yang masih menyala, ternyata lampu dirumah itu merupakan lampu khusus bagi para pegawai pabrik. mungkin waktu itu pegawai pabrik lagi memutar CD atau Tape gamelan. Sesampainya di pabrik kopi tersebut, ternyata pabrik itu sangatlah tua, dari segi bangunannya bahkan alat - alatnya pun sudah tua. Namun mesin masih bisa di operasikan secara maksimal. Pas di depan pabrik terdapat patung Minak Jinggo yang mana merupakan tokoh atau icon dari kota Banyuwangi.

Saya sesekali memperhatikan patung Minak Jinggo sekaligus pabrik kopi itu dari kejauhan. Dan konon dahulu katanya di pabrik itu pernah ada salah satu karyawan yang ketakutan dan lompat dari lantai atas, entah kenapa karyawan pabrik itu tiba - tiba ketakutan histeris dan melompat seakan - akan mau bunuh diri. Dan pada akhirnya karyawan itu meninggal dunia. Sampai sekarang misteri kematian karyawan tersebut belum terungkapkan. Disisi lain patung Minak Jinggo yang terletak di depan pabrik tersebut merupakan patung aneh yang konon katanya menurut mitos para warga sekitar, bahwa setiap malam - malam tertentu patung tersebut bisa berjalan sendiri beberapa meter hingga sampai di tengah jalan, ungkap salah satu warga yang pernah melihatnya pada saat beronda.

Lumayan serem juga sih, tetapi tempatnya seru dan sangatlah klasik bahkan style semuanya hampir mirip dengan desa primitif, namun bedanya di desa Malangsari Kabupaten Banyuwangi ini sudah ada TV dan sepeda motor. Pada pagi hari kita bisa dimanjakan dengan indahnya sunrise di sebelah gunung, kita bisa melihat dengan jelas ketika kita pergi ke puncak Miari. Puncak Miari merupakan puncak bukit di sebelah jalan utama, yang mana terdapat bangunan tua yang ber lantai dua tanpa dinding. Konon katanya Miari merupakan salah satu tempat peristirahatan petugas pemantau yang sedang memantau para pekerja rodi pada jaman penjajahan. Dipuncak Miari kita bisa menikmati berbagai keindahan alam, dari sunrise, pegunungan, indahnya kabut, bahkan disana juga sering muncul pelangi di pagi hari. Tempat ini merupakan tempat unik pertama kali yang saya datangi. Tempat ini sangat cocok bagi para pecinta alam, karena disana merupakan tempat yang memiliki keindahan alam yang masih asri, dan juga terdapat tebing - tebing yang mirip dengan Wall Climbing, dan juga cocok bagi pecinta Motor Cross untuk menguju nyainya di tempat ini. Apa lagi buat pecinta Off Road, sangatlah cocok, karena disana terdapat beberapa tantangan yang menarik dan membuat ciut nyali kita. Mungkin suatu saat Pemerintah Kabupaten Banyuwangi lebih memanfaatkan untuk acara - acara khusus seperti acara ulang tahun kota Banyuwangi yang mana mengadakan tantangan Off Road atau Motor Cross sebagai event utama di Malangsari guna menarik masyarakat luar maupun manca negara untuk lebih mengenal desa unik nan indah yang bernama desa Malangsari tersebut. <by>


Nb: Jangan lupa Follow Twitter @banyuwangi_kab untuk info lebih lanjut!

0 komentar:

handapeunpost

Copyright © / Clotehan Mahasiswa Ijo Lumut

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger